Monday, November 27, 2017

TEKNIK DIAGNOSA PENYAKIT VIRUS


PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT IKAN





DISUSUN OLEH KELOMPOK A2
1. ARMA AULIA ARTA
2. ALIYA WAHYUNI SAFRI
3. ALVIANUS MA'DIKA
4. ABDUL AZIS
5. AHMAD SYAHRUL BAHARUDDIN

                                     
       
                                        JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN
                               POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
                                                                  2017










BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Virus berarti  racun asal hewan misalnya bisa ular dan air luar. Dengan diketahuinya perbedaan antara racun dan bahan efektif maka virus diartikan sebagai cairan hidup penular penyakit.
Dimulai akhir abad XVlIl antara lain oleh Edward Jenner, Dmitri Iwannowski (1892) dan Martinus Beijerink (1898), Luria dan Anderson pada tahun 1942 mempertunjukkan penggunaan mikroskop electron. Wiliams dan Wyckoff  1944 mempergunakan teknik shadow casting pada penelitian virus dengan mikroskop elektron. Dalam bidang reproduksi virus, Rivers (1928) Good dan Pasteur (1946) menemukan, teknik pembiakan virus dalam telur ayam tertunas. Beveridge dan Burnet mengasingkan dan membiakkan virus influenza selanjutnya berkembang menjadi teknik hitung bintik dengan menghitung pock forming unit (PFU) untuk menetapkan potensi virus vaccinia-variola.
Virus terdiri dari inti asam nukleat dibungkus lapisan kaya protein (berfungsi sebagai pelindung terhadap kondisi lingkungan buruk dan membantu virus mengadakan penetrasi ke dalam sel yang peka.
      B. TUJUAN
           Tujuan dari praktikum ini adalah
·         Menentukan jenis virus yang sering menyerang pada organisme udang/ ikan
·         Menentukan organ target virus pada ikan
C.    MANFAAT  
            Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah
o   Dapat mengetahui jenis virus yang sering menyerang pada udang/ ikan

o   Dapat mengetahui organ target virus pada ikan



BAB II
METODOLOGI
A.    Waktu Dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum ini yaitu:
¨      Hari/Tanggal         : Selasa, 20 November 2017
Pukul                     : 12.40-16.10 Wita
¨      Tempat                  : Lab. Hama Dan Penyakit Ikan

B.     Alat Dan Bahan
·         Microscop
·         Preparat

C.    Prosedur Kerja
o   Sediakan microskop
o   lalu amati preparat karapaks udang yang telah disediakan




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Teknik diagnose penyakit virus
NO
Jenis Pemeriksaan
Jenis Sampel Dan Media Pengawet
Keterangan
1
Makroskopis
Sampel hidup
Pemeriksaan berdasarkan perubahan tingkah laku dan gejala klinis
2
Mikroskopis preparat basah/ wet hount
Hidup
Pemeriksaan lansung dengan mikroskop cahaya
3
Konvensional (isolasi dan identifikasi virus)
Sampel hidup
Virus diisolasi dan dikultur dengan kultur sel (cell culture)
4
Histopatologi
Ikan : Formalin 10 %
Udang : Davidson
Identifikasi pathogen melalui analisa kerusakan jaringan
5
Sereologi
Sampel Hidup
Pemeriksaan berbasis areaksi antigen antibodi
6
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Alcohol 95 % atau alcohol 70 %
Deteksi virus DNA
7
Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
Alcohol 80 %
Glycenin 20 %
Deteksi virus RNA




B.     Pembahasan
Dari hasil table tersebut diperoleh bahwa teknik untuk mendiagnosa jenis virus dapat dilakukan 7 jenis pemeriksaan dengan sampel dan media pengawet yang digunakan serta kegunaan masing-masing
Perkembangbiakan Virus
Tahap pertama dari infeksi adalah terjadinya perlekatan atau adsorbsi partikel virus pada permukaan sel yang peka. Tahap kedua penetrasi dan pelepasan selubung virus. Sebagian besar virus menyuntikkan asam intinya dan dengan demikian selubung protein virus tertinggai di luar sel, segera diikuti oleh masuknya virus ke dalam sel melalui proses "enguifment'' atau pinocytosis. Tahap ketiga Multiplikasi dan Sintesis Komponen virus baru  tahap keempat perakitan dan pematangan virus dan tahap kelima Pelepasan Virus Baru
PENYAKIT VIRUS
Penyakit Virus pada Ikan Tawar
1.  Channel Catfish Virus Disease (CCVD) Disebabkan oleh jenis virus herpes.
Gejala ikan yang terserang virus ini adalah :
- Ikan sering menggantung di permukaan dan hilang keseimbangan.
- Bergerak berputar-putar dan terjadi             pendarahan pada bagian sirip dan perut.
- Pendarahan pada ginjal, kulit dan organ dalam. 
- Kadang disertai dengan penonjolan mata dan kematian secara akut.

Perdarahan pada kulit, & exopthalmia
2. Spring Viraemia of Carp (SVC) dan Swimbladder Inflamantation (SBI)
Penyebabnya adalah Rhabdovirus carpio.
Gejala yang diperlihatkan oleh ikan yang terserang SVC adalah :
- Ikan berkumpul dibagian pintu pemasukan air
- Warna ikan menjadi gelap dan terjadi pendarahan dan mata menonjol.
- Pembengkakan perut dan bila dibuka terdapat cairan berwarna kekuningan
- Kadang terjadi luka infeksi pada tubuh ikan

 Gejala klinis non spesifik ikan yang terinfeksi SVC, perut membengkak, haemorrhagic pada kulit,jaringan lemak pada perut  dan gelembung renang.
Sedangkan gejala pada ikan terserang SBI :
- Kehilangan keseimbangan, ikan menjadi kurus
- Warna kulit jadi gelap
- Terjadi degenerasi dinding gelembung renang.
3. Lymphocystis Penyebabnya adalah Irridovirus,
            Penyebabnya adalah Irridovirus, merupakan penyakit virus yang infektif.  Gejala penyakit ini adalah : Hypertrophy (pembesaran sel) pada jaringan ikat, menimbulkan tonjolan pada sirip atau kulit.
4.  Koi Herves Virus (KHV) Penyebabnya virus herpes.
Wabah di Indonesia (Jawa, Bali & Sumatera) tahun 2002.  Menyerang ikan Mas dan koi (Cyprinus carpio) (host species specific target)
ü  Suhu optimum 18 - 27 oC
ü  Mortalits terbanyak 22 - 27 oC
ü  Mortalitas menurun pada suhu < 22 oC
ü  Tidak ada kasus pada suhu > 30 oC
ü  Kematian sangat cepat Þ 24 - 48 jam
ü  Mortalitas Þ 80 - 100% dalam 10 hari
ü  Kematian massal dalam tempo singkat (3 - 7 hari) Gejala klinis :
  Þ Pendarahan di insang
  Þ Bercak putih - ekses lendir atau sel mati
  Þ Mata pucat
  Þ Nervous
Penyakit Virus pada Ikan Laut
1.  Lymphocystis agen penyebabnya adalah iridovirus
Penyakit ini biasanya tidak bersifat fatal, khususnya bagi ikan yang telah berukuran besar.  Penularan dapat terjadi secara horizontal melalui air yang telah tercemar virus. Gejala penyakit ini adalah:
- Terdapat penonjolan (nodule) seperti bisul   berwarna putih yang menyelimuti permukaan tubuhnya.
- Jarang mengakibatkan kematian fatal.

2.  Viral Nervous Necrosis (VNN) atau Paralytic syndrome Penyebabnya nodavirus (virus RNA)
Menyerang ikan kerapu, kakap putih, sea bream, red sea bream. Penyakit ini paling sering menyerang larva ikan berumur kurang dari 20 hari.
Secara makroskopis, penyakit ini menunjukkan :
- Warna pucat pada hati
- Saluran pencernaan kosong dengan usus berisi cairan kehijauan
- Terdapat bintik merah pada limpa
- Replikasi terjadi pada otak, bagian distal sumsum tulang belakang dan retina mata menimbulkan jejas-jejas histologik berupa vakuolisasi.
- Multiplikasi juga terjadi pada gonad, hati, ambung dan usus.
3.  Grouper Iridovirus of Taiwan Diseases (TGIV) disebabkan oleh virus Iridovirus.
            Gejala klinis yang ditimbulkan : Ikan berenang berputar-putar membentuk gerakan spiral dan terjadi anemia.  Ikan yang terserang menjadi  kurus dan pertumbuhan menjadi lambat.  Kejadian akut dapat menyebabkan kematian hingga 60%.
4.  Sleepy Grouper Diseases (SGD)
            Agen kausatif SGD adalah iridovirus berukuran 130-160 nm.  Ikan yang terserang akan kehilangan nafsu makan dengan mengendap di dasar.  Ikan yang terinfeksi pertama adalah ikan berukuran 100-200 gr dan 1-2 kg.  Kematian dapat mencapai 50% terutama pada malam dan pagi hari. Gejala klinis:
ü  Terutama menyerang ikan besar (lebih dari 50 g)
ü  Ikan seperti tidur
ü  Badan gelap
ü  Hati dan limpa membengkak

  
Penyakit Virus pada Udang                                                            
BP (Baculovirus Penaei), BMN (Baculoviral Midgut gland Necrosis), MBV (Monodon Baculo Virus), IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus), HPV (Hepatopancreatic Parvo-like Virus) dan HPVREO (Hepatopancreatic Reo-like Virus).  MBV dan IHHNDiantara jenis virus tersebut, MBV dan IHHN sering ditemukan sebagai penyebab penyakit pada udang windu.  Jenis MBV menyerang udang pada stadia akhir pasca larva (PL 24 – PL 50) hingga stadium juana (juvenile). Diantara jenis virus tersebut, MBV dan IHHN sering ditemukan sebagai penyebab penyakit pada udang windu.  Jenis MBV menyerang udang pada stadia akhir pasca larva (PL 24 – PL 50) hingga stadium juana (juvenile).
o   Gejala klinis udang yang terserang virus
ü  Warna kulit gelap dan tidak mengkilap
ü  Udang berkulit ganda akibat moulting tidak sempurna
ü  Udang lemah dan kehilangan keseimbangan.  -Biasanya berenang dekat pematang
ü  Nafsu makannya menurun secara drastic dan  ususnya kosong menyebabkan bobot  daging berkurang sehingga tubuhnya smenjadi kropos.
Kematian terjadi secara akut yaitu 1-7 hari sejak gejala awal tampak.Tubuh udang kadang-kadang berwarna merah, mula-mula tampak dibagian ekor dan kepala serta akhirnya keseluruh tubuh.Insang tampak berwarna kuning kehijauan, akhirnya kecoklatan.dang mengambang di permukaan air dan melekat di pematang Bila virus berkembang cepat akan terjadi pembengkakan pada hepatopancreas (hati) berwarna pucat dan keruh. Udang yang terserang secara kronis, cucuk (rostrum), ekor kaki rusak/patah dan ditumbuhi lumut serta jasad penempel (fouling organism).















BAB IV
PENUTUP
Setelah melakukan praktikum ini maka dapat disimpulkan bahwa Gejala klinis udang yang terserang virus :
ü  Warna kulit gelap dan tidak mengkilap
ü  Udang berkulit ganda akibat moulting tidak sempurna
ü  Udang lemah dan kehilangan keseimbangan.  -Biasanya berenang dekat pematang
ü  Nafsu makannya menurun secara drastic dan  ususnya kosong menyebabkan bobot  daging berkurang sehingga tubuhnya smenjadi kropos.

Cara Mengontrol Kualitas Air Bagi Bidang Budidaya Perikanan

Dalam artikel pada kali ini Saya akan membahas tentang bagaimana Mengontrol kualitas air budidaya perikanan yang baik.

Cara mengontrol kualitas air : yang baik menjadi sarat utama sebagai pendukung berlangsungnya budidaya perikanan agar menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi. Ditinjau dari sudut pandang fisika, biologi dan kimia, air memiliki beberapa manfaat untuk menunjang kehidupan ikan dan udang serta pakan alaminya diantaranya yaitu :
  • Dari segi ilmu fisika, air adalah tempat hidup yang menyediakan ruang gerak bagi ikan atau udang.
  • Dari segi ilmu kimia, air berfungsi sebagai pembawa unsur-unsur hara, vitamin maupun gas-gas terlarut lainnya.
  • Dari segi biologi, air berperan sebagai sarana yang baik untuk aktifitas biologis dan pembentukan serta penguraian bahan organik.
Dalam beberapa segi diatas dapat kita peroleh dengan mengunakan suatu parameter kualitas air bagi budidaya perikanana yang sering digunakan. Parameter kualitas air merupakan beberapa patokan yang digunakan untuk mengetahui kualitas air. Kualitas air dapat dinilai secara fisik maupun kimiawi. Secara kimiawi, kualitas air dapat ditentukan oleh hal hal sebagai berikut :
1. Salinitas

Salinitas adalah jumlah total kandungan garam yang terlarut dalam sampel air yang diukur dalam satuan ppt (part per thausand). Garam lautan berasal dari garam di pegunungan yang terbawa oleh aliran air hujan dan sungai. Satuan ppt artinya bagian per seribu. Sedangkan air payau adalah air yang rasanya setengah asin setengah tawar, atau mempunyai salinitas 15-25 ppt. Setiap jenis ikan mempunyai salinitas optimal yang berbeda untuk hidupnya. Salinitas yang baik untuk budidaya udang windu adalah15-22 ppt, sedangkan untuk udang putih 20-30 ppt. Salinitas air ini dapat diukur menggunakan alat yang disebut dengan Salinity Meter.
2. DO (Dissolved Oxygen)

DO atau Dissolved Oxygen memegang peranan yang sangat penting bagi mahluk hidup. Bagi hewan yang hidup di air, pemenuhan kebutuhan oksigen dipenuhi dari oksigen yang terlarut dalam air, maupun langsung dari udara seperti yang dilakukan pada beberapa jenis hewan tertentu (seperti lele). Ikan dan udang membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi  untuk beraktivitas, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Jumlah oksigen yang terlarut dalam air dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/bagian per sejuta). Besarnya DO optimal untuk budidaya adalah 4 – 7,5  ppm, yang sesuai dengan kebutuhan udang/ikan.
Sumber  DO air berasal dari udara bebas melalui proses difusi dan dari proses fotosintesis tumbuhan yang ada didalam air. Besar-kecilnya DO ditentukan oleh temperatur air dan udara, tekanan barometrik udara, jumlah tumbuhan air baik yang berupa tumbuhan besar maupun dalam bentuk phytoplankton, kadar mineral dan Biological Oxygen Demand (BOD). Kadar oksigen yang terlarut dalam air dapat diukur dengan alat yang disebut DO Meter. Cara untuk melarutkan oksigen kedalam air dari udara diantaranya dilakukan dengan cara :
  • Penggunaan kincir. Dengan menggunakan kincir, maka permukaan air tambak dipecah-pecah menjadi butiran kecil, sehingga luas permukaan air menjadi lebih luas yang menjadikan permukaan air yang mengalami kontak langsung dengan udara menjadi besar sehingga oksigen dapat terlarut dalam air dalam jumlah yang banyak.
  • Air mengalir. Air yang selalu bergerak akan mempunyai kandungan DO yang lebih tinggi dibandingkan dengan air yang tenang, karena selalu terjadi kontak dengan udara bebas.
3. Derajat Keasaman (pH).

Tingkat keasaman air dinyatakan dalam pH air. Besarnya pH air yang optimal untuk kehidupan ikan dan udang adalah 6,5 – 8 (netral), karena pada kisaran tersebut menunjukkan keseimbangan yang optimal antara oksigen dan karbondioksida serta pada nilai tersebut, berbagai mikroorganisme yang merugikan akan sulit berkembang. Kondisi pH air dapat berubah-ubah selama budidaya yang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, hal ini yang dapat berakibat buruk bagi ikan atau udang.
Air yang pH-nya terlalu rendah (asam) dapat menyerap fosfat yang berperan dalam menurunya tingkat kesuburan air, sehingga kesuburan kolam dapat menurun. Penurunan pH dapat diatasi melaluipengapuran dengan dosis 100 – 250 kg/ha. Pengukuran nilai pH air dapat dilakukan dengan menggunakan alat test pH air.
4. Alkalinitas.
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan setiap penambahan asam tanpa menurunkan pH. Alkalinitas merupakan buffer (penahan) terhadap pengaruh pengasaman.
Alkalinitas ini disebabkan oleh adanya ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), hidroksida (OH) dan ion-ion lain dalam jumlah kecil.

Secara fisik, kualitas air dipengaruhi oleh :

1. Kecerahan (transparansi) air / Tingkat Kekeruhan Air.


Kecerahan atau tingkat kekeruhan air pada hakekatnya menunjukkan populasi plankton dan kandungan material lainya yang terlarut dalam air, biasanya diukur dengan menggunakan secci disk atau Turbidity Meter. Kecerahan yang baik berkisar antara 30 – 40 cm, karena pada kondisi itu populasi plankton cukup ideal untuk pakan alami dan material terlarut cukup rendah. Pada awal budidaya, biasanya kecerahan air tinggi (50 cm hingga dasar kolam) karena populasi plankton masih rendah dan air masih bersih. Semakin lama usia budidaya, kecerahan makin rendah (hingga 10 cm).
Untuk mempertahankan kecerahan yang ideal, selalu dilakukan ganti air baru secara rutin atau setiap ada indikasi penurunan kecerahan dan dilengkapi dengan perlakuan bahan-bahan pembuat stabil kondisi air (stabilizer). Kecerahan yang ideal juga menunjukkan kondisi air yang baik, karena penurunan kualitas air banyak disebabkan oleh tingginya kadar bahan organik dan anorganik terlarut.  Disamping itu, plankton yang terlalu tinggi populasinya menyebabkan tingginya pH pada siang hari dan punurunan  drastis kadar DO pada malam hari terutama jika plankton yang dominan adalah phytoplankton.

2. Suhu


Suhu air juga sangat penting bagi kehidupan ikan atau udang karena suhu air sangat berpengaruh terhadap kehidupan jasad renik (mikroorganisme), sehingga dapat mempengaruhi kehidupan ikan dan udang. Suhu ideal untuk budidaya adalah 25 – 310 C. Jika suhu berfluktuasi secara drastis, dapat berakibat buruk bagi pertumbuhan embrio ikan. Suhu air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi. Air mempunyai kapasitas yang besar untuk menyimpan panas sehingga suhunya relatif konstan dibandingan dengan suhu udara, perbedaan suhu air antara pagi hari dan siang hari hanya 20 C. Suhu air akan mempengaruhi densitas/kepadatannya (dalam gr/cm3. Perbedaan densitas air antara lapisan atas dan lapisan bawah dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi air menjadi 3 lapisan, yaitu epilimnion (lapisan atas yang suhunya tinggi), hypolimnion (lapisan bawah yang dingin) dan thermocline (lapisan antara keduanya yang suhunya turun drastis). Stratifikasi air ini dipengaruhi oleh kedalaman kolam/tambak dan radiasi cahaya matahari.

3. Kedalaman air.


Untuk kolam budidaya, kedalaman air yang ideal yaitu 70 – 120 cm. Air yang terlalu dangkal menyebabkan perubahan suhu terlalu besar. Jika air terlalu dalam mengakibatkan perbedaan suhu yang menyolok antara air bagian atas dengan bagian bawah dan sinar matahari tidak dapat mencapai air bagian bawah sehingga pertumbuhan phytoplankton terhambat. Seperti yang telah dikemukaan di muka bahwa kolam/tambak yang terlalu dalam dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi suhu air sehingga harus diusahakan agar berada dalam kisaran kedalaman yang ideal.