Monday, November 27, 2017

Cara Mengontrol Kualitas Air Bagi Bidang Budidaya Perikanan

Dalam artikel pada kali ini Saya akan membahas tentang bagaimana Mengontrol kualitas air budidaya perikanan yang baik.

Cara mengontrol kualitas air : yang baik menjadi sarat utama sebagai pendukung berlangsungnya budidaya perikanan agar menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi. Ditinjau dari sudut pandang fisika, biologi dan kimia, air memiliki beberapa manfaat untuk menunjang kehidupan ikan dan udang serta pakan alaminya diantaranya yaitu :
  • Dari segi ilmu fisika, air adalah tempat hidup yang menyediakan ruang gerak bagi ikan atau udang.
  • Dari segi ilmu kimia, air berfungsi sebagai pembawa unsur-unsur hara, vitamin maupun gas-gas terlarut lainnya.
  • Dari segi biologi, air berperan sebagai sarana yang baik untuk aktifitas biologis dan pembentukan serta penguraian bahan organik.
Dalam beberapa segi diatas dapat kita peroleh dengan mengunakan suatu parameter kualitas air bagi budidaya perikanana yang sering digunakan. Parameter kualitas air merupakan beberapa patokan yang digunakan untuk mengetahui kualitas air. Kualitas air dapat dinilai secara fisik maupun kimiawi. Secara kimiawi, kualitas air dapat ditentukan oleh hal hal sebagai berikut :
1. Salinitas

Salinitas adalah jumlah total kandungan garam yang terlarut dalam sampel air yang diukur dalam satuan ppt (part per thausand). Garam lautan berasal dari garam di pegunungan yang terbawa oleh aliran air hujan dan sungai. Satuan ppt artinya bagian per seribu. Sedangkan air payau adalah air yang rasanya setengah asin setengah tawar, atau mempunyai salinitas 15-25 ppt. Setiap jenis ikan mempunyai salinitas optimal yang berbeda untuk hidupnya. Salinitas yang baik untuk budidaya udang windu adalah15-22 ppt, sedangkan untuk udang putih 20-30 ppt. Salinitas air ini dapat diukur menggunakan alat yang disebut dengan Salinity Meter.
2. DO (Dissolved Oxygen)

DO atau Dissolved Oxygen memegang peranan yang sangat penting bagi mahluk hidup. Bagi hewan yang hidup di air, pemenuhan kebutuhan oksigen dipenuhi dari oksigen yang terlarut dalam air, maupun langsung dari udara seperti yang dilakukan pada beberapa jenis hewan tertentu (seperti lele). Ikan dan udang membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi  untuk beraktivitas, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Jumlah oksigen yang terlarut dalam air dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/bagian per sejuta). Besarnya DO optimal untuk budidaya adalah 4 – 7,5  ppm, yang sesuai dengan kebutuhan udang/ikan.
Sumber  DO air berasal dari udara bebas melalui proses difusi dan dari proses fotosintesis tumbuhan yang ada didalam air. Besar-kecilnya DO ditentukan oleh temperatur air dan udara, tekanan barometrik udara, jumlah tumbuhan air baik yang berupa tumbuhan besar maupun dalam bentuk phytoplankton, kadar mineral dan Biological Oxygen Demand (BOD). Kadar oksigen yang terlarut dalam air dapat diukur dengan alat yang disebut DO Meter. Cara untuk melarutkan oksigen kedalam air dari udara diantaranya dilakukan dengan cara :
  • Penggunaan kincir. Dengan menggunakan kincir, maka permukaan air tambak dipecah-pecah menjadi butiran kecil, sehingga luas permukaan air menjadi lebih luas yang menjadikan permukaan air yang mengalami kontak langsung dengan udara menjadi besar sehingga oksigen dapat terlarut dalam air dalam jumlah yang banyak.
  • Air mengalir. Air yang selalu bergerak akan mempunyai kandungan DO yang lebih tinggi dibandingkan dengan air yang tenang, karena selalu terjadi kontak dengan udara bebas.
3. Derajat Keasaman (pH).

Tingkat keasaman air dinyatakan dalam pH air. Besarnya pH air yang optimal untuk kehidupan ikan dan udang adalah 6,5 – 8 (netral), karena pada kisaran tersebut menunjukkan keseimbangan yang optimal antara oksigen dan karbondioksida serta pada nilai tersebut, berbagai mikroorganisme yang merugikan akan sulit berkembang. Kondisi pH air dapat berubah-ubah selama budidaya yang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, hal ini yang dapat berakibat buruk bagi ikan atau udang.
Air yang pH-nya terlalu rendah (asam) dapat menyerap fosfat yang berperan dalam menurunya tingkat kesuburan air, sehingga kesuburan kolam dapat menurun. Penurunan pH dapat diatasi melaluipengapuran dengan dosis 100 – 250 kg/ha. Pengukuran nilai pH air dapat dilakukan dengan menggunakan alat test pH air.
4. Alkalinitas.
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan setiap penambahan asam tanpa menurunkan pH. Alkalinitas merupakan buffer (penahan) terhadap pengaruh pengasaman.
Alkalinitas ini disebabkan oleh adanya ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), hidroksida (OH) dan ion-ion lain dalam jumlah kecil.

Secara fisik, kualitas air dipengaruhi oleh :

1. Kecerahan (transparansi) air / Tingkat Kekeruhan Air.


Kecerahan atau tingkat kekeruhan air pada hakekatnya menunjukkan populasi plankton dan kandungan material lainya yang terlarut dalam air, biasanya diukur dengan menggunakan secci disk atau Turbidity Meter. Kecerahan yang baik berkisar antara 30 – 40 cm, karena pada kondisi itu populasi plankton cukup ideal untuk pakan alami dan material terlarut cukup rendah. Pada awal budidaya, biasanya kecerahan air tinggi (50 cm hingga dasar kolam) karena populasi plankton masih rendah dan air masih bersih. Semakin lama usia budidaya, kecerahan makin rendah (hingga 10 cm).
Untuk mempertahankan kecerahan yang ideal, selalu dilakukan ganti air baru secara rutin atau setiap ada indikasi penurunan kecerahan dan dilengkapi dengan perlakuan bahan-bahan pembuat stabil kondisi air (stabilizer). Kecerahan yang ideal juga menunjukkan kondisi air yang baik, karena penurunan kualitas air banyak disebabkan oleh tingginya kadar bahan organik dan anorganik terlarut.  Disamping itu, plankton yang terlalu tinggi populasinya menyebabkan tingginya pH pada siang hari dan punurunan  drastis kadar DO pada malam hari terutama jika plankton yang dominan adalah phytoplankton.

2. Suhu


Suhu air juga sangat penting bagi kehidupan ikan atau udang karena suhu air sangat berpengaruh terhadap kehidupan jasad renik (mikroorganisme), sehingga dapat mempengaruhi kehidupan ikan dan udang. Suhu ideal untuk budidaya adalah 25 – 310 C. Jika suhu berfluktuasi secara drastis, dapat berakibat buruk bagi pertumbuhan embrio ikan. Suhu air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi. Air mempunyai kapasitas yang besar untuk menyimpan panas sehingga suhunya relatif konstan dibandingan dengan suhu udara, perbedaan suhu air antara pagi hari dan siang hari hanya 20 C. Suhu air akan mempengaruhi densitas/kepadatannya (dalam gr/cm3. Perbedaan densitas air antara lapisan atas dan lapisan bawah dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi air menjadi 3 lapisan, yaitu epilimnion (lapisan atas yang suhunya tinggi), hypolimnion (lapisan bawah yang dingin) dan thermocline (lapisan antara keduanya yang suhunya turun drastis). Stratifikasi air ini dipengaruhi oleh kedalaman kolam/tambak dan radiasi cahaya matahari.

3. Kedalaman air.


Untuk kolam budidaya, kedalaman air yang ideal yaitu 70 – 120 cm. Air yang terlalu dangkal menyebabkan perubahan suhu terlalu besar. Jika air terlalu dalam mengakibatkan perbedaan suhu yang menyolok antara air bagian atas dengan bagian bawah dan sinar matahari tidak dapat mencapai air bagian bawah sehingga pertumbuhan phytoplankton terhambat. Seperti yang telah dikemukaan di muka bahwa kolam/tambak yang terlalu dalam dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi suhu air sehingga harus diusahakan agar berada dalam kisaran kedalaman yang ideal.

No comments:

Post a Comment